Faktanya, sejak pandemi COVID-19 melanda Indonesia pada 2020 hingga 2022, para pelaku usaha, khususnya usaha mikro dan menengah, masih merasakan dampak penurunan omset jika dibandingkan sebelum pandemi. Tantangan yang dihadapi tidak berhenti di situ, setelah lepas dari COVID-19, kini mereka dihadapkan dengan penurunan daya beli akibat kondisi geopolitik global yang tidak menentu.
“Pada Maret 2024, tingkat inflasi nasional mencapai 3,05% (year-on-year), dengan komponen inti inflasi sebesar 1,77%. Kenaikan inflasi ini dapat berdampak pada penurunan daya beli masyarakat.” (Sumber: Badan Pusat Statistik)
Daripada terus bertanya kapan dampak ini selesai, lebih baik kita berpikir tentang bagaimana bisnis percetakan pasca pandemi ini akan berkembang.
Dunia percetakan akan terus bertransformasi. Meskipun ada perubahan dari fisik ke digital, kebutuhan akan informasi tetap menjadi esensi utama. Beberapa jenis percetakan tetap relevan, seperti:
Pada tahun 2023, Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI) mencatat lebih dari 3.000 acara musik yang diadakan di Indonesia, dengan estimasi total pengunjung mencapai sekitar 30 juta orang. (Sumber: APMI)
Berikut adalah beberapa kelebihan tali lanyard printing yang dikutip dari halaman kitakasilanyard.co.id:
Dengan perubahan tren dan digitalisasi, bisnis percetakan harus mampu beradaptasi dan tetap relevan dengan kebutuhan pasar.